Malam ini, kamu dipaksa untuk menengok ke belakang sampai lehermu pegal. Kamu dipaksa untuk berkejar - kejaran dengan waktu untuk kembali memunguti potongan masa lalu. Beragam ekspresi wajah ayahmu seketika hadir membayang: bahagia, sedih, bangga, marah, murung, kecewa, dan aneka ekspresi lain yang kamu terlalu lugu untuk mendefinisikannya.
Buku ini adalah buku ke-7 dari serial aksi Tere Liye. Setelah: Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Pulang, Pergi, Pulang-Pergi, dan Bedebah di Ujung Tanduk
Buku ini berkisah tentang seorang kakak yang mengorbankan apa pun agar adik - adiknya bisa terus sekolah dan sukses. Tentang rasa sabr dan penerimaan. Tentang keluarga yang penuh perjuangan. Tentang seorang kakak, yang dulu, sekarang, dan hingga kapan pun, dia adalah kakakku.
"Almond" adalah novel yang memberi harapan kepada orang seperti saya yang percaya bahwa hati dapat mengendalikan kepala. Di akhir musim dingin yang panjang, tibalah musim semi. Di musim semi, saat tanaman tumbuh, emosi pun tumbuh. Jika emosi tumbuh, maka dunia pun ikut tumbuh. Selama membaca tulisan ini, hatiku selalu berdebar - debar.
Pekerjaan saya memang kedengaran membosankan, mengelilingi tempat yang itu - itu saja, diisi kaki - kaki berkeringat dan orang - orang berisik, diusik cicak - cicak kurang ajar, mendengar lagu aneh tentang tahu berbentuk bulat dan digoreng tanpa persiapan sebelumnya, tapi saya menggemarinya.
Peristiwa yang menghancurkan seluruh kota dalam waktu singkat. Tujuh raga paling menyedihkan menjadi saksi bagaimana gilanya gelombang pasang malam itu. Malam terakhir penuh bintang, seindah senyuman ibu enam tahun silam.