Namanya Ali, 15 tahun, kelas X. Jika saja orang tuanya mengizinkan, seharusnya dia sudah duduk di tingkat akhir ilmu fisika program doktor di Universitas ternama. Ali tidak menyukai sekolahnya, guru - gurunya, teman - teman sekelasnya. Semua membosankan baginya.
Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh, dan dia salah satu teman baikku. Dia seperti remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu - lagu yang sama, pergi ke fast food, menonton serial drama, film, dan hal - hal yang disukai remaja.
Malam ini, kamu dipaksa untuk menengok ke belakang sampai lehermu pegal. Kamu dipaksa untuk berkejar - kejaran dengan waktu untuk kembali memunguti potongan masa lalu. Beragam ekspresi wajah ayahmu seketika hadir membayang: bahagia, sedih, bangga, marah, murung, kecewa, dan aneka ekspresi lain yang kamu terlalu lugu untuk mendefinisikannya.
Buku ini adalah buku ke-7 dari serial aksi Tere Liye. Setelah: Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Pulang, Pergi, Pulang-Pergi, dan Bedebah di Ujung Tanduk
Buku ini berkisah tentang seorang kakak yang mengorbankan apa pun agar adik - adiknya bisa terus sekolah dan sukses. Tentang rasa sabr dan penerimaan. Tentang keluarga yang penuh perjuangan. Tentang seorang kakak, yang dulu, sekarang, dan hingga kapan pun, dia adalah kakakku.